[INSIGHT SESSION: TOKOH SOCIOPRENEUR]
Selama mengikuti rangkaian acara dari IDEAS Batch 7 ini, kalian tentu sudah mengerti beberapa contoh perusahaan sociopreneur, kan? Nah, kalian sudah tahu belum siapa saja tokoh di balik bisnis-bisnis hebat tersebut? Yuk kenali siapa saja tokoh-tokoh tersebut!
Untuk informasi lebih lanjut:
Instagram: @me_ugm
LINE: @vym5381z


TOMS Shoes adalah sebuah perusahaan sepatu dari Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 2006. Berbeda dengan perusahaan sepatu lainnya, misi TOMS Shoes adalah ‘Using Business to Improve Lives’ dan sepertiga dari profit tahunannya akan digunakan untuk mendanai berbagai kegiatan sosial. Kini, TOMS juga memproduksi kacamata, tas, dan berbagai produk fashion lainnya.
Blake Mycoskie, pendiri dan CEO TOMS Shoes, mendapatkan inspirasi untuk mendirikan TOMS ketika ia sedang berada di Argentina untuk berlatih polo. Saat itu, ia bertemu dengan beberapa orang di sebuah bar yang hendak menyumbangkan sepatu kepada anak-anak dan kemudian Blake membantu mendistribusikannya. Ketika kembali ke kamp polo-nya dan menceritakan hal tersebut ke pelatihnya, sang pelatih bertanya, “Siapa yang akan memberi mereka pasangan sepatu berikutnya? Kaki anak-anak tumbuh dengan cepat.” Hal tersebutlah yang menginspirasi Blake untuk membuat bisnis sepatu bernama TOMS Shoes. Konsep awal bisnis TOMS Shoes adalah setiap sepatunya terjual sepasang, ia akan memberikan sepasang juga untuk anak-anak yang membutuhkan.
Sampai saat ini, TOMS Shoes telah memberikan sekitar 100 juta pasang sepatu di berbagai negara. Tidak hanya itu, TOMS juga telah menyediakan persediaan air bersih untuk kebutuhan selama lebih dari 770 ribu minggu, layanan persalinan, pengobatan penglihatan (sight restorations), dan juga mendukung berbagai project sosial serta komunitas di berbagai negara. Di masa pandemi, program TOMS COVID-19 Global Giving Fund berhasil mengumpulkan donasi sebesar 2 juta dolar. Kini, konsep bisnis TOMS yang inspiratif tersebut telah diadopsi oleh ratusan bisnis lainnya.

FEED ditemukan oleh Lauren Bush pada tahun 2007 dengan misi mengakhiri kelaparan anak-anak melalui fashion dan design. Lauren terinspirasi oleh perjalanannya dengan Program Pangan Dunia dan ingin menemukan cara untuk menggalang dana dan kesadaran seputar masalah kelaparan. Menggabungkan mode dan filantropi, dia merancang produk pertamanya, Tas FEED 1.
Pada tahun 2014, Lauren dan FEED meluncurkan FEED Supper, aktivitas penggalangan dana selama 30 hari. Dalam acara itu, orang-orang diminta untuk mengadakan pesta makan malam dimana para tamu berdonasi untuk membantu mengatasi masalah kelaparan di dunia. Hingga bulan Oktober 2017, FEED telah mendonasikan lebih dari 100 juta makanan melalui penjualan produk dan aktivitas penggalangan dana.

Dr. Gamal Albinsaid mendirikan Klinik Asuransi Sampah karena terinspirasi oleh pengalaman pribadinya melihat kejadian seorang anak pemulung berusia lima tahun, Khaerunnisa, di Jakarta yang meninggal dunia karena tidak mampu membayar biaya pengobatan di puskesmas. Khaerunnisa yang saat itu memiliki penyakit diare meninggal di gerobak sampah ayahnya karena keterbatasan biaya yang tidak memungkinkan dia berobat ke dokter.
Inovasi klinik asuransi sampah membuat dr. Gamal Albinsaid mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satunya adalah penghargaan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur Prize 2014 yang diselenggarakan oleh University of Cambridge, Inggris, dan Unilever. Selain itu, pada tahun 2017 dr. Gamal Albinsaid juga mendapatkan apresiasi dari Presiden Vladimir Putin saat ia diundang ke Rusia dalam acara World Festival of Youth and Students ke-19.

Alfatih Timur, Co-Founder dan CEO Kitabisa, dulunya adalah seorang aktivis mahasiswa yang sering mengikuti berbagai diskusi. Suatu saat ketika sedang menyuarakan aspirasi, ada seorang ibu yang memberinya sekotak air mineral dan berkata, “Ini titip untuk teman-teman yang lainnya. Kalian sedang memperjuangkan nasib kami.” Peristiwa tersebut menginspirasi idealismenya untuk melakukan sesuatu yang bisa membantu banyak orang. Alfatih terus belajar tentang sociopreneurship dan menemukan aksi crowdfunding yang menjadi inspirasi idenya untuk mendirikan situs wadah penggalangan dana yang selanjutnya dikenal dengan Kitabisa.com.
Hingga Mei 2020, lebih dari 3,8 juta orang telah bergabung di situs Kitabisa.com dengan total lebih dari 63 ribu galang dana yang sudah dilakukan. Ketika awal masa pandemi COVID-19 saja (periode Maret-Mei 2020), donasi yang sudah tersalurkan melalui Kitabisa mencapai lebih dari 130 miliar rupiah. Sejak awal didirikan, Kitabisa sudah mengumpulkan dana lebih dari 800 miliar rupiah dan berhasil membantu jutaan orang di Indonesia.
